Sunday, February 17, 2013

Lautan Mutiara Indonesia Untuk Negara Lain

            Sebagai sebuah negara maritim, Indonesia memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Sayangnya, keanekaragaman hayati Nusantara tidak dimanfaatkan secara optimal. Bahkan, mayoritas kekayaan alam laut Indonesia justru tereksploitasi oleh pihak asing.

Menyadari pentingnya untuk membangun kesadaran masyarakat, terutama para generasi muda serta para pemangku kebijakan, Liga Budaya Nusantara (Gayantara) bersama Indonesia Maritime Institute (IMI) menggelar seminar nasional bertajuk "Restorasi Peradaban Maritim Indonesia". Pada kesempatan tersebut, salah seorang pembicara, yakni Guru Besar (Gubes) Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Dietrich G Bengen menyatakan, untuk membangkitkan perekonomian berbasis maritim maka harus dimulai dari pulau-pulau terluar di Indonesia.

"Kenapa harus dimulai dari pulau terluar? Karena hasil kekayaan laut pulau-pulau mereka mudah dicuri oleh pihak asing. Maka, kita harus memberdayakan warga di sana untuk menjadi garda terdepan mengingat hanya 31 pulau terluar yang berpenduduk," papar Dietrich di Auditorium DPP Nasional Demokrat, Gondangdia, Jakarta Pusat, Rabu (5/12/2012).

Menurut Dietrich, lokasi strategis Indonesia yang diapit dua benua menjadi jalur perdagangan kapal-kapal internasional. Keadaan ini hendaknya dapat dimanfaatkan untuk memperkaya masyarakat sekitar bukan hanya sebagai konsumen.

"Indonesia adalah negara terkaya akan keanekaragaman hayati laut (Amazone of The Sea). Kita belum banyak mengeksploitasi tapi dilakukan oleh pihak asing, yakni adanya Illegal fishing. Selain itu, Indonesia merupakan jantung atau sekira 75 persen segitiga karang dunia," tuturnya.

Dietrich menyebutkan, terdapat sejumlah cara untuk membangun negara maritim dengan sumber daya kelautan Tanah Air yang melimpah. Sebab, jika pemerintah melakukan optimalisasi terhadap sektor tersebut, maka negara pun akan merasakan manfaatnya berupa pendapatan yang meningkat.

"Sebanyak 2/3 kota dan sekira 60 persen penduduk Indonesia berada di wilayah pesisir yang jika diberdayakan akan memberikan kontribusi terhadap PDB dan menyerap sekira 15 juta tenaga kerja. Oleh karena itu, paradigma membangun selalu ke daratan padahal terdapat kekayaan laut yang luar biasa," ungkap Dietrich.

     Dia menggambarkan, jika sektor bahari mampu dikembangkan secara otimal maka akan menghasilkan devisa yang sangat besar bagi negara. Misalnya, dari sektor perikanan karang dapat menghasilkan Rp22,5 triliun per tahun, kemudian komoditas rumput laut mampu menghasilkan Rp180 triliun per tahun, serta bioteknologi berupa kosmetik dan sebagainya bisa menghasilkan Rp450 triliun per tahun.

Pria yang menyandang gelar S-3 di Prancis itu mengimbuhkan, pemberdayaan serta penguatan kapasitas dan peran masyarakat dalam mengelola tiga hal utama kemaritiman. Pertama, katanya, sektor perikanan tangkap dan budidaya. "Bagaimana masyarakat menangkap ikan dengan jaring yang ramah lingkungan bukan bom. Menangkap dalam jumlah sedikit tapi menghasilkan nilai ekonomis tinggi," urai Dietrich.

Sektor kedua, lanjutnya, mengenai industri pascapanen dan pengelolaan. Dia mengungkapkan, warga pesisir tidak harus diberikan fasilitas penunjang untuk menjaga hasil panen laut. "Bagaimana mereka menjaga agar tidak busuk. Sebab, ikan kerapu akan lebih mahal harga jualnya ketika hidup. Selain itu, hasil panen dapat diolah agar tidak menjadi busuk begitu saja," katanya.

Sektor ketiga yang tidak kalah penting, tambah Dietrich, adalah pengelolaan pariwisata bahari. Indonesia memiliki pariwisata bahari yang tidak kalah dengan negara kepulauan lainnya. Dengan pengelolaan yang tepat, bukan tidak mungkin Indonesia dapat menjadi tujuan utama wisata bahari bagi para wisatawan asing.
 

No comments:

Post a Comment