Friday, June 27, 2014

Etika Audit

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika/
Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independent dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Etika dalam auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut, serta penyampaian hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
KEPERCAYAAN PUBLIK
Etika dalam  auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan  melaporkan  kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, di mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung pada objektifitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan Publik merupakan kepentingan masyarkat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepercayaan masyarakat umum  sebagai pengguna jasa audit atas independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh keadaan mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independensi tersebut. Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya baik merupakan manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka.
(Nugrahiningsih, 2005 dalam Alim dkk 2007)
TANGGUNG JAWAB AUDITOR KEPADA PUBLIK
Profesi akuntan di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib dengan menilai kewajaran dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ketergantungan antara akuntan dengan publik menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas, obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan untuk melayani publik. Para akuntan diharapkan memberikan jasa yang berkualitas, mengenakan jasa imbalan yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Atas kepercayaan publik yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
Justice Buger mengungkapkan bahwa akuntan publik yang independen dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan antara auditor dengan kliennya. Akuntan publik yang independen memiliki fungsi yang berbeda, tidak hanya patuh terhadap para kreditur dan pemegang saham saja, akan tetapi berfungsi sebagai ”a public watchdog function”. Dalam menjalankan fungsi tersebut seorang akuntan harus mempertahankan independensinya secara keseluruhan di setiap waktu dan memenuhi kesetiaan terhadap kepentingan publik. Hal ini membuat konflik kepentingan antara klien dan publik mengenai konfil loyalitas auditor.
Hal serupa juga diungkapan oleh Baker dan Hayes, bahwa seorang akuntan publik diharapkan memberikan pelayanan yang profesional dengan cara yang berbeda untuk mendapatkan keuntungan dari contractual arragment antara akuntan publik dan klien.
Ketika auditor menerima penugasan audit terhadap sebuah perusahaan, hal ini membuat konsequensi terhadap auditor untuk bertanggung jawab kepada publik. Penugasan untuk melaporkan kepada publik mengenai kewajaran dalam gambaran laporan keuangan dan pengoperasian perusahaan untuk waktu tertentu memberikan ”fiduciary responsibility” kepada auditor untuk melindungi kepentingan publik dan sikap independen dari klien yang digunakan sebagai dasar dalam menjaga kepercayaan dari publik.
Tanggung Jawab Dasar Auditor
The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) mengenai tanggung jawab auditor:
1. Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjannya.
2. Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
3. Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan kesimpulan rasional.
4. Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test.
5. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
INDEPENDENSI AUDIT
 Independensi
Definisi Independensi Akuntan Publik
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Dalam melaksanakan proses audit, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, auditor harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. Penilaian masyarakat atas independensi auditor independen bukan pada diri auditor secara keseluruhan. Oleh karena itu, apabila seorang auditor independen atau suatu Kantor Akuntan Publik lalai atau gagal mempertahankan sikap independensinya, maka kemungkinan besar anggapan masyarakat bahwa semua akuntan publik tidak independen. Kecurigaan tersebut dapat berakibat berkurang atau hilangnya kredibilitas masyarakat terhadap jasa audit profesi auditor independen.
Tujuan audit secara umum dan spesifik
 
Tujuan audit umum adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan audit spesifik ditentukan berdasarkan asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan.
b. Klasifikasi Asersi
Asersi-asersi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance )
2. Kelengakapan (completeness)
3. Hak dan kewajiban (right and obligation)
4. Penilaian atau pengalokasian (valuation or allocation )
5. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
6. Ketepatan administrasi (Clerical Accuracy)
Asersi sangat penting karena membantu auditor dalam memahami bagaimana laporan keuangan mungkin disalah sajikan dan menuntun auditor dalam mengumpulkan bukti Auditor menggunakan asersi untuk :
• Membuat keputusan tentang penilaian resiko dengan mempertimbangkan tipe salah saji potensial yang mungkin terjadi.
• Menentukan prosedur audit yang cocok dengan asersi dan penilaian risiko.

Klasifikasi asersi :
1. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurence)
Asersi tentang keberadaan atau kejadian berhubungan dengan :
• Apakah aktiva atau hutang suatu perusahaan benar-benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang tercatat benar-benar terjadi selama periode tertentu.
• Asersi keberadaan berkaitan dengan akun-akun riil yang tercantum dalam neraca ( akun aktiva, akun utang dan akun modal).
• Sedangkan asersi keterjadian berkaitan dengan akun-akun nominal yang tercantum dalam laporan rugi-laba ( akun pendapatan dan akun biaya )
2. Kelengakapan ( Completeness )
Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun (rekening) yang semestinya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan.
3. Asersi hak dan kewajiban
Asesri ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan asersi keberadaan atau kejadian. Keeratan hubangan ini mengakibatkan salah satu kantor akuntan publik besar di indonesia, yang berafiliasi dengan suatu kantor akuntan publik asing dari amerika serikat yang menganggap keduanya adalah satu dan menamakannya sebagai asersi genuine.
4. Penilaian atau pengalokasian (valuation or allocation)
Asersi tentang penilaian atau pengalokasian berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, utang, pendapatan, dan biaya sudah dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Dengan demikian asersi penilaian berkaitan dengan akun-akun riil yang tercantum pada neraca. Asersi pengalokasian berkaitan dengan apakah akun-akun nominal yaitu pendapatan dan biaya telah dicantumkan pada laporan rugi laba dengan jumlah yang semestinya.
5. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu dalam laporan keuangan sudah diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan secara semestinya.
6. Ketepatan administrasi ( Clerical Accuracy )
Asersi ini merupakan salah satu tujuan khusus auditing. Ketepatan klerikal atau ketepatan administrasi merupakan suatu keadaan berjalannya kegiatan klerikal secara tepat sesuai system yang telah ditentukan.
Asersi dan tujuan audit spesifik
Dalam Auditor mengidentifikasi tujuan audit spesifik berdasarkan asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen karena setiap tujuan spesifik audit memerlukan bukti audit yang berbeda. Asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen merupakan titik awal yang penting dalam mengembangkan tujuan spesifik audit.
c. Hal-hal yang diperlukan dalam buti audit
Bukti Audit
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien.
Auditor harus menghimpun evidential matter (hal-hal yang bersifat membuktikan) dan tidak sekedar evident atau bukti konkrit sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien.
Hal penting yang berkaitan dengan audit yaitu:
1. Kecukupan bukti audit
2. Kompetensi bukti audit
3. Dasar yang memadai atau rasional
4. Sifat bukti
5. Prosedur yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti
d. Faktor-faktor yang diperlukan dalam memperoleh kecukupan bukti
Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit meliputi
• Materialitas
Ditujukan untuk derajat signifikan dari kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan bagi pengguna laporan keuangan. Ada hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang diperlukan.
Semakin rendah tingkat materialitas semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya jika tingkat materialitas tinggi maka kuantitas bukti yang diperlukan sedikit. Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti tolerable misstatement rendah.
• Risiko audit
Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audit berarti juga tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan.
Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang diperlukan. Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor, semakin banyak bukti yang diperlukan. Sebaliknya ada hubungan searah antara risiko bawaan dan risiko pengendalian dengan kuantitas bukti yang diperlukan.Semakin tinggi tingkat risiko bawaan semakin banyak bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko pengendalian semakin banyak bukti yang diperlukan.
• Faktor-faktor ekonomi
Auditor harus memperhitungkan apakah setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun bukti seimbang dengan keuntungan atau manfaat yang diperoleh melalui kuantitas dan kualitas bukti yang dihimpun.
• Ukuran dan karakteristik populasi
Pengumpulan bukti audit dan pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan atas dasar sampling.
Ada hubungan searah antara besar populasi dengan besar sampling yang harus diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasinya. Sebaliknya semakin kecil populasi semakin kecil jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasi.
Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas item individual yang menjadi anggota populasi.
• Kompetensi bukti
Berupa catatan akuntansi yang berkaitan erat dengan efektivitas pengendalian internal klien. Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor yaitu :
# Relevansi
Berarti bahwa bukti harus berkaitan dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud tertentu.
# Sumber bukti
Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap kompetensi bukti audit. Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak diluar perusahaan yang independen merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam ini memberikan tingkat keyakinan keandalan yang lebih besar daripada yang dihasilkan dan diperoleh dari dalam perusahaan.
# Ketepatan waktu
Sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar dan rekening laporan rugi laba terkait karena hasilnya digunakan untuk mengetahui apakah cut off atau pisah batas telah dilakukan secara tepat.
# Obyektivitas
Bukti yang obyektif lebih dapat dipercaya dan kompeten daripada bukti subyektif.
• Dasar yang memadai (realistis)
Judgement atau pertimbangan yang dilakukan auditor dipengaruhi berbagai faktor yaitu :
• Pertimbangan profesional auditor
Pertimbangan profesional memberi kontribusi pada penerapan secara wajar jumlah dan kualitas bukti yang disyaratkan.
• Integritas manajemen
Manajemen bertanggung jawab atas asersi laporan keuangan dan mengendalikan banyak bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan. Semakin rendah tingkat kepercayaan auditor terhadap integritas manajemen semakin banyak bukti kompeten yang diperlukan.
• Transaksi yang terjadi diperusahaan
Banyaknya transaksi antar perusahaan dalam satu holding company menuntut semakin banyaknya bukti audit kompeten yang harus dihimpun.
• Jenis kepemilikan perusahaan
Audit terhadap perusahaan publik lebih memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi daripada perusahaan perseorangan. Alasannya adalah banyaknya pemakai laporan audit dari perusahaan publik yang mengandalkan laporan keuangan auditan dalam membuat keputusan investasi.
• Kondisi keuangan perusahaan
Kondisi perusahaan klien yang terancam bangkrut cenderung meningkatkan evaluasi subyektif dan kehati-hatian auditor.
e. Sifat Bukti
Sifat bukti
Bukti audit terdiri atas :
• Catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan
• Informasi lain yang mendukung catatan akuntansi dan kesimpulan logis auditor tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan.
Akan tetapi catatan akuntansi tidak menyediakan bukti yang cukup dalam memberikan opini audit laporan keuangan sehingga dibutuhkan informasi lain seperti :
• Notulen rapat
• Konfirmasi dari pihak ketiga
• Laporan analis
• Data yang dapat dibandingkan dengan kompetitor
• Pengendalian intern manual
• Info yang diperoleh melalui prosedur audit
• Informasi yang dikembangkan oleh auditor
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas dua jenis yaitu :
• Data akuntansi yang mendasari (underlying accounting data)
• Semua informasi atau bukti pendukung atau penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Bukti audit yang bersumber dari data akuntansi terdiri atas :
• Jurnal
• Buku besar dan buku pembantu
• Buku pedoman akuntansi
• Memorandum dan catatan informal
Bukti audit pendukung adalah bukti yang mendukung atas laporan keuangan, bukti audit pendukung meliputi :
• Bukti fisik
• Bukti konfirmasi
• Bukti dokumenter
• Bukti representasi atau pernyataan tertulis baik dari manajemen maupun dari spesialis
• Perhitungan sebagai bukti matematis
• Bukti lisan
• Bukti analitis dan perbandingan
• Struktur pengendalian intern
f. Prosedur untuk Menghimpun Bukti
Prosedur untuk menghimpun bukti
Ada empat tindakan yang dapat diambil dalam menghimpun bukti audit yaitu :
• Inspeksi
• Pengamatan
• Pengajuan pertanyaan
• Konfirmasi
Beberapa hal yang harus diketahui berkaitan dengan keputusan yang diambil auditor dalam proses pengumpulan bukti yaitu :
• Penentuan prosedur audit
• Penentuan besarnya sampel
• Penentuan elemen tertentu yang harus dipilih sebagai sampel
• Penentuan waktu pelaksanaan prosedur audit
g. Jenis Bukti Audit
Jenis bukti audit
Bukti dapat dikelompokkan ke dalam 9 jenis yaitu :
** Struktur pengendalian intern
Digunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi.
** Bukti fisik
Dipakai dalam verifikasi saldo aktiva berwujud terutama kas dan persediaan.
** Catatan akuntansi
Merupakan sumber data untuk membuat laporan keuangan.
** Konfirmasi
Merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan.
Ada 3 jenis konfirmasi yaitu :
Ø Konfirmasi positif
Ø Blank confirmation
Ø Konfirmasi negatif
Konfirmasi yang dilakukan auditor pada umumnya dilakukan pada pemeriksaan :
Ø Kas di bank dikonfirmasikan ke bank klien
Ø Piutang usaha dikonfirmasikan ke pelanggan
Ø Persediaan yang disimpan digudang umum dikonfirmasikan ke penjaga atau kepala gudang.
Ø Hutang lease dikonfirmasikan ke lessor
Konfirmasi positif merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk menyatakan persetujuan atau penolakkan terhadap informasi yang ditanyakan.
Blank confirmation merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.
Konfirmasi negatif merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang ditanyakan.
** Bukti dokumenter
Merupakan bukti yang paling penting dalam audit, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Ø Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara langsung.
Ø Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien.
Ø Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.
** Bukti surat pernyataan tertulis
Merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian tertentu
** Perhitungan kembali sebagai bukti matematis
Diperoleh melalui penghitungan kembali oleh auditor. Bukti matematis menghasilkan bukti yang handal untuk asersi penilaian atau pengalokasian dengan biaya murah.
** Bukti lisan
Bukti lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit.
** Bukti analitis dan perbandingan
Mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum.
h. Prosedur audit
Tujuan prosedur audit :
• Mendapatkan pemahaman entitas dan lingkungannya termasuk pengendalian internal untuk menilai resiko salah saji material pada level laporan keuangan dan asersi.
• Untuk menguji keefektifan operasi dari pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material pada level asersi.
• Untuk mendukung asersi atau mendeteksi salah saji yang material pada level asersi.
Prosedur-prosedur yang digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti audit yaitu :
• Inspeksi terhadap dokumen dan catatan
Dua istilah penting dalam kegiatan inspeksi terhadap dokumen dan catatan adalah pengusutan (tracing) dan penelusuran (vouching).
Dalam melakukan pengusutan, auditor harus :
Ø Memilih dokumen sumber suatu transaksi yang diperiksa.
Ø Menentukan bahwa informasi dari dokumaen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi.
Sedangkan dalam penelusuran, auditor harus :
Ø Memilih ayat jurnal dalam catatan akuntansi.
Ø Mendapatkan serta menginspeksi dokumen yang menjadi dasar ayat jurnal dalam tujuannya untuk menentukan validasi dan keakuratan dari transaksi tercatat.
• Inspeksi terhadap aktiva berwujud
Meliputi pemeriksaan fisik aset, namun tidak menjamin validitas dari asersi hak entitas serta asersi penilaian atas aset fisik tersebut.
• Observasi
Meliputi kegiatan mengamati pelaksanaan sejumlah proses atau prosedur yang dilakukan oleh karyawan klien. Subyek dari kegiatan observasi adalah orang, prosedur atau proses. Sedangkan kegiatan inspeksi aktiva berwujud subyek pengamatannya adalah obyek itu sendiri.
• Pengajuan pertanyaan
Dilakukan secara lisan maupun tertulis kepada pihak-pihak internal perusahaan untuk mendapatkan informasi keuangan maupun non keuangan.
• Konfirmasi
Merupakan jenis spesifik dari pengajuan pertanyaan yang memungkinkan auditor untuk mendapatkaninformasi langsung dari sumber independendiluar organisasi klien.
• Rekalkulasi
Meliputi kegiatan perhitungan keakuratan matematis dari dokumen atau catatan.
• Melakukan ulang (reperformance)
Yaitu eksekusi auditor independen atas prosedur atau pengendalian yang telah dilakukan oleh klien sebagai bagian dari sistem pengendalian internal perusahaan.
• Prosedur analitis
Meliputi kegiatan mempelajari dan membandingkan data-data keuangan maupun non keuangan yang saling berhubungan.
• Teknik audit berbasis komputer
Digunakan untuk melakukan kegiatan :
Ø Perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis.
Ø Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi
Ø Melakukan scan file untuk menentukan bahwa semua dokumen berseri telah ditotal saldo.
Ø Membandingkan elemen-elemen data pada dokumen yang berbeda untuk mengecek kesesuaiannya.
Ø Melakukan ulang berbagai aktivitas perhitungan.
Klasifikasi prosedur auditing
Klasifikasi prosedur auditing dibagi atas 3 kategori yaitu :
!) Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian internal
Merupakan pengetahuan mengenai lingkungan pengendalian, sistem akuntansi dan prosedur pengendalian yang dipandang perlu oleh auditor untuk merencanakan audit.
!!) Pengujian pengendalian
Merupakan pengujian yang ditujukan terhadap rancangan dan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian intern untuk menetapkan keefektivitasannya untuk mencegah dan menemukan salah saji material dalam suatu asersi laporan keuangan.
!!!) Pengujian substantif
Merupakan pengujian rinci dan prosedur analitis yang dilakukan untuk menemukan salah saji material dalam saldo rekening, golongan transaksi dan unsur pengungkapan laporan keuangan.
i. Evaluasi Bukti
Evaluasi bukti audit
Diperlukan untuk menyiapkan laporan audit yang tepat, evaluasi ini dilakukan selama dan pada akhir audit atau pada akhir pekerjaan lapangan. Pengevaluasian selama audit bersamaan dengan dilakukannya verifikasi atas asersi laporan keuangan. Pengevaluasian pada akhir pekerjaan lapangan dilakukan saat auditor akan memutuskan pendapat yang akan dinyatakan dalam laporan audit.
Evaluasi bukti ini harus lebih teliti lagi bila menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar, situasi tersebut adalah :
• Pengawasan intern yang lemah
Dalam situasi ini auditor harus menemukan bukti-bukti lain yang dapat menggantikan bukti yang dihasilkan oleh system akuntansi dengan pengawasan yang lemah.
• Kondisi keuangan klien yang tidak sehat
Pada kondisi ini manajemen cenderung menunda penghapusan piutang yang sulit ditagih atau menunda penghapusan persediaan barang yang sudah tidak bernilai.
• Manajemen yang tidak dapat dipercaya
Auditor perlu mempertimbagkan kembali penugasan yang diberikan padanya apabila manajemen tidak dipercaya. Alasannya karena laporan keuangan merupakan pernyataan manajemen dan dihasilkan juga oleh manajemen.
• Penggantian kantor akuntan public
Auditor menghadapi resiko besar apabila ternyata penggantian kantor tsb diakibatkan perselisihan yang tak terselesaikan mengenai laporan keuangan antara auditor terdahulu dengan klien.
• Perubahan peraturan pajak
Cenderung mendorong manajemen untuk mengubah prinsip akuntansi yang dipakainya dengan tujuan untuk memperkecil pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan. Selain itu dapat menggeser pengakuan pendapatan ke periode dengan tarif pajak yang lebih rendah.
• Usaha yang bersifat spekulatif
Merupakan masalah yang lebih besar dalam audit atas usaha klien yang bersifat spekulatif karena berkaitan dengan masalah ketidakpastian dan kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya juga meragukan.
• Transaksi yang kompleks.
Transaksi yang kompleks mengandung resiko kesalahan yang sangat besar sehingga resiko yang dihadapi auditor juga besar.
   Menurut saya etika audit adalah proses mengevaluasi semua kegiatan ekonomi sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan
Refferensi:

No comments:

Post a Comment