Friday, June 14, 2013

Kajian Tentang Kurikulum HIV/AIDS Di Sekolah

KURIKULUM HIV/AIDS

Dunia remaja sangat rawan bersinggungan dengan HIV/AIDS. Data WHO menyebutkan bahwa hampir satu diantara enam manusia dibumi ini adalah remaja. Delapan puluh lima persen (85%) hidup di negara berkembang.  Yang mencengangkan, setiap tahun kira-kira limabelas juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, empat juta melakukan aborsi dan hampir 100 juta terinfeksi IMS (Infeksi Menular Seksual).
Di Indonesia, Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP, 1992) menyatakan bahwa satu dari lima perempuan yang statusnya menikah dan berusia 20-24 tahun, melahirkan anak pertama yang merupakan buah dari hubungan seks sebelum menikah. Di Bali, presentasi remaja laki-laki  yang telah melakukan hubungan seks sebelum menikah masing-masing adalah tiga belas koma enam persen (13,6%) dan tiga puluh tiga koma lima persen (33,5%) (Faturochman&Soetjipto,1989). Data tahun 2003, di Yogyakarta, sembilanpuluh tujuh koma lima persen (97,5%) mahasiswa Djogja melakukan hubungan seks pranikah.
Data di PKBI Jawa Tengah, study kasus perilaku seks remaja dan gaya berpacaran mahasiswa tahun 2006 di Semarang adalah limaratus (500) responden atau seratus persen (100%) memilih ngobrol dengan pasangannya. Tiga ratus sembilanpuluh Sembilan (399) responden atau delapan puluh persen (80%) melakukan pegangan tangan. Cium pipi/kening dilakukan oleh tigaratus empat puluh lima (345) responden atau enampuluh Sembilan persen (69%) melakukan. Sebanyak duaratus limapuluh lima (255)responden atau limapuluh satu persen (51%) melakukan ciuman bibir. Seratus tigapuluh delapan (138) responden atau duapuluh delapan persen (28%) melakukan ciuman leher. Duapuluh dua persen (22%) atau sebanyak seratus sebelas responden melakukan petting. Dan intercourse dilakukan oleh tigapuluh satu (31) responden atau sebanyak enam puluh koma dua persen.
Data Komisi Perlindungan Anak, perilaku seksual remaja SMU dan SMP, sebanyak sembilanpuluh tiga koma tujuh persen pernah berciuman, petting dan oral seks. Enam puluh dua koma tujuh persen remaja SMP tidak perawan. Sebanyak dua puluh satu koma dua persen remaja SMU pernah aborsi. Dan Sembilan puluh tujuh persen remaja pernah menonton film porno.
Data-data diatas sangat mencengangkan terutama dunia pendidikan. Mengingat pada usia tersebut rata-rata remaja masih berada dibangku sekolah.  Itu berarti bahwa usia remaja sangat rentan dengan salah satu media penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan yang sudah diterbitkan dimana pencegahan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Obat adalah kegiatan wajib. Tetapi masih ada beberapa terutama didaerah masih belum maksimal realisasinya. Butuh upaya untuk menerapkan isu HIV/AIDS kedalam kurikulum  pendidikan guna memberikan informasi dan edukasi siswa tentang HIV/AIDS. Kegiatan ekstrakurikuler, program kesehatan sekolah, pelatihan bagi guru tentang pengetahuan HIV/AIDS adalah beberapa saran sebagai realisasi penerapan isu HIV/AIDS ke dalam system pendidikan. 
 
Meskipun kajian ini berbau kontroversi,namun jika kita melihat apa yang terjadi dikalangan masyarakat tentu hal ini akan menjadi trobosan yang bagus.sehingga para anak-anak sekolah tidak menyepelekan bahaya seks bebas dikalangan mereka.
 

No comments:

Post a Comment